Tanpa perlu membanding-bandingkan keutamaan ayah serta ibu, kita perlu memberi sedikit perhatian atas apa yang sudah kita peroleh dari sang ayah yang bekerja tanpa ada lelah untuk lihat kita meraih keberhasilan.
Dalam Agama, Ulama sudah banyak menuturkan perihal keutamaan pada seseorang Ayah meupun ibu, di mana peran ibu tiga kali lebih mulia dari Ayah. Ibu memanglah lebih dimuliakan, tetapi bukan bermakna kita melupakan perjuangan sang ayah. Terima kasih ayah!
Kisah rahasia seorang ayah
Bahkan hal semacam ini diperkuat oleh Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
“Kami perintahkan pada manusia supaya berbuat baik pada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, serta melahirkannya dengan susah payah (juga). Mengandungnya hingga menyapihnya yaitu tiga puluh bln., sehingga jika dia sudah dewasa serta umurnya hingga empat puluh tahun ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang sudah Engkau berikan kepadaku serta pada ibu bapakku serta agar aku bisa berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) pada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat pada Engkau serta sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. ” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Tetapi, banyak yg tidak tahu kelebihan seseorang Ayah yang kerap di rahasiakan sang Ayah pada anaknya, untuk lebih detilnya simak kisah cuplikan tersebut, suatu kisah perihal perjuangan seorng ayah :
Mungkin saja ibu lebih sering menelpon untuk bertanya keadaanku sehari-hari, namun apakah saya tahu, bahwa sesungguhnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku? Semasa kecil, ibukulah yang seringkali menggendongku. Namun apakah saya tau bahwa saat ayah pulang bekerja dengan muka yang letih ayahlah yang senantiasa bertanya apa yang saya lakukan seharian, walaupun beliau tidak ajukan pertanyaan langsung kepadaku lantaran karena sangat letihnya mencari nafkah serta melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Waktu aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es! ” Lalu aku merengut menjauhi ayahku serta menangis didepan ibu.
Namun apakah saya tahu bahwa ayahlah yang kuatir dengan keadaanku, hingga beliau cuma bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Saat saya remaja, saya meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah saya, bahwa ayahku cuma mau menjaga saya, beliau lebih tahu dunia luar, dibanding saya bahkan ibuku?
Lantaran untuk ayah, saya yaitu sesuatu yang sangat berharga. Waktu saya sudah dipercayai olehnya, ayah juga melonggarkan peraturannya.
Jadi terkadang saya tidak mematuhi kepercayaannya. Ayahlah yang setia menanti saya diruang tamu dengan rasa sangat kuatir, bahkan juga hingga menyuruh ibu untuk mengontak sebagian temannya untuk bertanya keadaanku, ”dimana, serta sedang apa aku di luar sana. ”
Sesudah saya dewasa, walaupun ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, namun tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata : Ibu, rekanilah anakmu, saya pergi mencari nafkah dahulu buat kita bersama.
Sewaktu saya merengek membutuhkan ini – itu, untuk kepentingan kuliahku, ayah cuma mengernyitkan dahi, tanpa ada menolak, beliau memenuhinya, serta hanya memikirkan, kemana aku mesti mencari duit tambahan, walau sebenarnya gajiku pas-pasan serta sudah tak ada lagi tempat untuk meminjam.
Waktu aku berjaya. Ayah yaitu orang pertama yang berdiri serta bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku saat ini sukses. ” Walaupun terkadang saya hanya dapat membelikan pakaian koko itu juga hanya satu tahun sekali. Ayah bakal tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya bapak juga tak kalah dengan doanya ibu, hanya bedanya ayah taruh doa itu dalam hatinya. Hingga saat nanti saya temukan jodohku, ayahku akan sangatlah berhati – hati mengizinkannya.
Serta pada akhirnya, waktu ayah melihatku duduk di atas pelaminan berbarengan pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lalu pernahkah saya memergoki, bahwa ayah pernah pergi ke belakang serta menangis? Ayah menangis karena ayah sangatlah bahagia. Serta beliau juga berdoa, “Ya Alloh, tugasku sudah usai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tak mengandungmu, namun darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu … Memang ayah tidak melahirkanmu, Memang ayah tidak menyusuimu, namun dari keringatnyalah tiap-tiap tetesan yang menjadi air susumu …
Nak..
Ayah memang tidak menjagaimu setiap waktu, namun tahukah kau dalam do’anya senantiasa ada namamu disebutnya … Tangisan ayah mungkin saja tidak pernah kau dengar karena dia ingin tampak kuat supaya kau tidak sangsi untuk berlindung di lengannya serta dadanya saat kau merasa tidak aman…
Pelukan ayahmu mungkin saja tidak sehangat serta seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tidak mampu melepaskanmu… Dia mau kau mandiri, supaya saat kami tidak ada kau mampu menghadapi semua sendiri..
Bunda cuma mau kau tahu nak.. bahwa… Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda.. Anakku… Jadi didirinya juga ada surga bagimu… Jadi hormati serta sayangi ayahmu.
Terima Kasih Ayah
Bagikan tulisan sederhana kepada semua temanmu, supaya kita semua tahu rahasia besar seorang ayah.